4 hari nonton festival film Perancis

Saya suka banget nonton film. Film apapun. Bahkan untuk nonton film di bioskop sendirian pun, bakal saya jabanin pada saat saya suka banget/penasaran ma tu film. Saya juga termasuk orang yang suka menonton festival2 film. Kayaknya seru aja liat film yang bukan mainstream. Nah, dari Sabtu minggu kemarin (17 April), di Jakarta ada festival film Perancis. Karena venue-nya deket ma kantor (di FX venue-nya), saya memutuskan untuk nonton festival film ini. Gada yang mau saya ajakin nonton, (kata mereka: film Perancis aneh!) akhirnya saya lenggang kangkung sendiri. Saya beli dulu tiketnya pas hari Minggu untuk pertunjukkan hari Senin-Selasa, dan beli tiket lagi untuk pertunjukkan Rabu-Kamis pada hari Selasa.
Dan inilah kesan saya menonton film-film Perancis itu:
Day 1
Nonton film judulnya La France. Sempet ada sedikit masalah di kantor, jadi pas nonton pun saya masih kepikiran (loh, jadi ngelantur). Filmnya sendiri: jelekkkkkkkkkkkkkkk. Ceritanya tentang cewe yang mau mencari lakinya yang tidak jelas rimbanya di medan perang (settingnya pas jaman perang). Nah si cewe ini (Camille namanya) pura2 jadi cowo biar bisa gabung ma satu grup tentara. The movie sounds so serious, right? Saya juga mikirnya gitu. Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiii, tiba2 tentara2 itu nyanyi dengan peralatan musik mereka yang aneh2. Ya ampunnnn, kok jadi komedi ya situasinya. Pokoknya sepanjang film, muka saya berkerut gak ngerti maksudnya ni film kemana arahnya. Trus setelah melalui perjalanan panjang para tentara dan Camille yang menghasilkan banyak cerita, tiba2 muncul suaminya Camille. Dan adegan ditutup dengan Camille dan suaminya bercinta, and then suaminya Camille menatap bintang sambil menyebut nama2 teman2nya yang sudah meninggal. What a weird movie :(
Rating untuk skala 1-10 (jelek ke bagus), film ini saya kasih rating 2. Gilingan deh tu, jelek banget (bagi saya) film ini.
Day 2
Dyah (temen saya) ikut nonton hari ini. Yippieee, lumayan gak cengo sendiri hehehehe. Hari Selasa saya nonton film Dans La Vie. Filmnya menceritakan persahabatan 2 wanita berumur yang beda agama, tapi berasal dari tanah leluhur yang sama, Aljazair. Yang satu beragama Yahudi, yang satu beragama Islam. Yang bikin saya takjub ma film ini adalah penggambaran agama Islam yang cukup banyak porsinya (in a positive way). Saya lumayan seneng ma film Eropa yang gak pilih kasih untuk menampilkan kehidupan umat muslim sebagai bagian dari kehidupan sehari2 masyarakat di sana. Karena untuk film Amerika/Hollywood, Islam cuma dijadikan tema untuk terorisme dan Osama Bin Laden. Capek dehhhhhhhhhh
Rating saya untuk film ini: 6,5
Day 3
Kembali nonton seorang diri. Filmnya berjudul Le Code a Change. Tentang jamuan makan malam yang dihadiri oleh orang2 yang punya masalah masing2. Ada yang mau cerai, ada yang akhirnya jadi selingkuh, ada yang mantan selingkuhannya. Lebih ke drama sih, dengan gaya bercerita yang agak filosofis (apakah semua film Perancis style-nya kayak gitu ya?)
Rating saya: 5,5
Day 4
Seorang diri lagi nonton. Filmnya judulnya Vertige. Pas mulai film, langsung bertanya2 kenapa ni film kok didubbing pake bahasa Inggris ya. Kan saya jadi gak bisa dengerin bahasa Perancis yang terdengar aneh tapi seru itu. Tapi enaknya kalo didubbing Inggris, teks terjemahan pake bahasa Indonesia. Jadi gak capek menerjemahkan hehehehe (selama ini film berbahasa Perancis teks terjemahan Inggris). 
Filmnya bercerita tentang liburan 5 orang remaja-dewasa (kayaknya mereka mahasiswa) di Kroasia. Mereka mau naik gunung, tapi ternyata jalurnya udah ditutup. Cuma dasar nekat, mereka tetep aja mencoba pake jalur lain. Dan ternyata, ada bahaya yang mengancam mereka. Seremmmmmmmm
Filmnya tegang abis. Di adegan naik gunung (tebing kali ya tepatnya), kamera mensyut seolah2 kita yang sedang mendaki. Jadi kita ikut merasakan gimana deg2annya naik tebing itu. Apalagi ceritanya ada salah seorang dari mereka yang fisiknya gak bagus. Jadi kamera sering banget mensyut pake pola pikir si pemuda yang gak kuat fisik itu. Selain itu film ini banyak pake moving kamera, jadi berasa banget real-nya.
Selama ini film ditayangin, saya berteriak beberapa kali, sambil menyiapkan blazer deket2 muka (buat nutup mata kalo adegannya terlalu menegangkan hehehe), dan pindah posisi duduk karena terkaget2 dengan adegan2 di film ini. 
Di akhir penayangan, ada tanya jawab dengan sutradara film Vertige. Ternyata film ini mau ditayangin secara internasional, maka didubbing ke bahasa Inggris. 
Rating saya: 9

Comments

Popular posts from this blog

bangun tidur ku terus brosing..:))

My Wedding's vendor review

Selama wabah Corona: ke Taman Safari Indonesia