Posts

Showing posts from October, 2009

Inglourious Basterds, awesome!!

Pas pertama kali gw liat poster film Inglourious basterds di koran, gw sama sekali gak tertarik. Biarpun yang maen Brad Pitt, tapi kayaknya (menurut gw) itu film gak asik. Tapi kemudian gw baru tau ternyata sutradaranya Quentin Tarantino. Nah mulai agak tertarik. Eh baca lagi di Kompas Minggu, kok resensi tentang film itu cukup baik ya, apalagi di IMDB.com ini film dikasih rate 8.6 dari skala 10. Makin penasaran :D Akhirnya gw nonton itu film kemarin, yang mana gw kekeuh sumekeh harus nonton kemarin/hari Minggu (bahkan kalo harus nonton sendiri pun gw jabanin). Kenapa gw pengen nonton kemarin? Karena kalo hari kerja, bisa pulang malem banget gw, secara ni film lamaaaaaa (2,5 jam). Wew, tepos dah duduknya hehehehe.  Kata beberapa orang yang nonton, mereka gak ngerti dengan cerita film ini, padahal menurut gw simpel aja sih. Tentang pembalasan dendam orang2 Yahudi terhadap tentara Nazi yang diwakili oleh pasukan dari Amerika Serikat yang diberi nama The Basterds. Pasukan itu dipimpi

Legowo

Kemarin nonton sedikit Mario Teguh di Metro TV, pas beliau lagi berbicara begini (ini seingat gw aja, maklum otak gw pentium karatan hehehe): kalo ada sebuah desa yang terbakar, kemudian ada 2 kelompok orang di desa itu; kelompok satu adalah orang2 yang menuntut ganti rugi dan mencari tau siapakah yang menyebabkan kebakaran desa mereka, dan kelompok dua adalah mereka yang berinisiatif pindah ke desa lain dan memulai hidup baru. Setelah sekian lama kedua kelompok itu akhirnya bertemu kembali, manakah yang lebih maju? Ternyata kelompok dua yang lebih berkembang karena buat mereka life goes on, gak perlulah kita cari2 kesalahan sampe menyusahkan diri sendiri. (And...jeleknya gw cuma nonton ampe bagian itu). Buat gw pribadi emang ada benarnya bersikap begitu, walaupun kenyataaan gak semudah di atas kertas. Misal kayak kasus lumpur Porong. Gw rasa wajar kalo warga sekitar tetep nuntut ganti rugi ama Lapindo Brantas ampe -istilahnya- titik darah penghabisan. Karena bagaimanapun tanah tempa

The Girls of Riyadh (versi Indonesia), jelek!!

Gw suka baca. Suka banget. Mungkin karena dulu SD gw bersebelahan dengan perpustakaan, jadi kebiasaan membaca dari kecil berlanjut ampe sekarang. Gw baca apa aja. Mulai dari yang ringan ampe yang berat. Sebenarnya lebih seneng baca bacaan yang gampang dicerna aja, tapi kadang2 buat nambah ilmu (ceileeeeee), gw merasa perlu juga untuk baca yang sedikit 'berbobot'. Yang pasti sih sejelek2nya buku yang gw baca, gw tetep berusaha ngambil ilmu atau pengetahuan (biarpun dikit) dari buku tersebut. Speaking of bad book, gw punya satu buku yang jelekkkkkkkkkkkkkkk banget. Judulnya The Girls of Riyadh, karangan Rajaa Alsanea (yang terjemahan Indonesia). Kenapa gw bilang ini buku jelek banget? Karena gw perlu waktu ampir satu tahun untuk membaca buku itu!! Rekor banget tuh. Biasanya gw paling baca buku sehari dua hari, atau selelet2nya gak nyampe satu bulan udah tuntas. Lah ini setahun! Apa yang membuat buku ini jelek? Yang pasti ceritanya ngalor ngidul gak jelas. Bahasanya kacau. Gw

Ke Museum Taman Prasasti

Image
Setelah sekian lama gw berhibernasi di rumah (jangan tanya alasannya kenapa gw memutuskan untuk berhibernasi), gw udah merasa bosannnnnnnn. Jadi hari Minggu kemarin (11 okt 2009) gw memutuskan untuk jalan2. Berpikir keras mau jalan2 kemana yaaa, akhirnya gw memutuskan untuk ke taman prasasti atau nama resminya museum taman prasasti. Di bawah ini foto tampak depan museum taman prasasti Menurut brosur yang gw dapat dari museum prasasti, museum tersebut didirikan di bekas pemakaman kuno yang telah beroperasi sejak tahun 1795. Dahulu dikenal sebagai Kebon Jahe Kober, di mana makam2nya dikhususkan untuk para petinggi VOC (walaupun pada akhirnya jadi tempat pemakaman umum, khususnya umat kristiani). Nah, sejak tahun 1975, pemakaman ini ditutup, dan resmi jadi museum sejak 1977 oleh Pak Gubernur Ali Sadikin. Kemudian pada tahun 2003 museum taman prasasti resmi bergabung dalam satu manajemen dengan museum sejarah Jakarta a.k.a Museum Fatahillah. Ada apa aja sih di museum taman prasasti

i have a problem too

people often see me with a big grin :D maybe they though i live my life in a very simple way, without any problems, without difficulty who cares if i had problems is it you? is somebody out there? no one so if people though that i have nothing seems to be so called problems they might be wrong they are absolutely wrong

Customer adalah raja????????

Gw inget banget dengan isi dari sebuah artikel di surat kabar nasional yang ditulis oleh pengamat gaya hidup. Isi artikelnya begini, si penulisnya sedang ke sebuah bank besar. Dia mau melakukan transaksi di teller. Antriannya lumayan panjang. Sebenarnya ada 2 teller, tapi salah satu teller nggak membuka counter, walaupun tellernya sendiri ada di counter tersebut. Nah si penulis ngomel2 ditulisannya tentang hal tersebut, kata dia: teller tersebut dengan seenaknya memasang tanda tutup counter, padahal si teller sendiri ada 'ngejogrok' di counternya. Dari tulisan tersebut, dari sudut pandang customer pasti sependapat dengan si penulis, bahwa teller yang 'tutup' kok nggak empati ya dengan nasabah yang antri panjang. Tapi dari sudut pandang teller sendiri ada alasannya kenapa kok udah tutup aja counternya padahal antrian nasabah masih panjang.  Kemarin ada nasabah yang mau melakukan transaksi di teller, kebetulan teller yang buka cuma 1 aja. Teller gw yang satu lagi seda

Pengen seperti mbak-mbak

Akhir2 ini gw pengen punya wajah seperti mbak2 (emmm iya lah ya pengennya wajah kayak mbak2, masa kayak mas2). Emangnya wajah mbak2 itu wajah yang kayak apa ya?? Pokoknya wajah yang kayak....gitu deh...khas gitu...mbak2 (?!). Trus kenapa gw pengen punya wajah kayak mbak2? Karena..... Emmmm.... ................. Cerita gak ya??? Kalo gw cerita ntar jadinya ada yang tersinggung (padahal siapa juga yang tersinggung; means gada yang baca blog gw ini :D). Eh tapi nggak jadi cerita ah kenapa pengen punya muka kayak mbak2. Jadinya cukup sekian aja sampai di sini sodara2 Betawi punya gaya, Pepi punya cerita :D