I'll get marry!

Weits judul di atas bukan brarti gw mau poliandri dan nikah lagi he3. Tapi gw cuma mau sharing apa2 aja yang perlu diperhatikan kalo kalian mau menikah.Gw gak akan ngomongin perasaan, yg mana menurut gw pada saat orang mau nikah udah harus siap lahir bathin, tapi lebih ke persiapan secara kasat mata atau resepsinya. Yuk, kita mulai rinciannya.

1. Uang siapa
Biasanya kalo di Indonesia nikahan adalah hajatan orang tua, terutama pihak perempuan sehingga dana dikeluarkan oleh pihak orang tua perempuan. Dan angpao pun (biasanya) untuk pihak perempuan (ortunya).  Tapi sekarang juga udah umum kalo pihak mempelai lah yang mempersiapkan dananya, orang tua tinggal duduk anteng he3. Sehingga angpao juga masuk ke mempelai. Sebenarnya gambaran itu bukan harga mati ya. Cuma memang biasanya yang spend uang lebih banyak, dialah pihak yang akan menerima uang angpao lebih banyak juga. Well, hal tersebut bisa dibicarakan. Yang paling penting jangan sampai masalah uang jadi masalah besar. Siapa keluar uang berapa, siapa dapat uang berapa. Karena banyak kasus kayak gitu, para pihak gak mau saling toleransi, jadinya baru resmi jadi suami istri malah berantem gara2 rebutan uang angpao. Aduhhhhh ><

2. Berapa lama persiapan
Tiap orang beda2, tergantung sebesar apa resepsi yang akan dibuat, printilannya kayak gimana dan siapa yang membantu. Tapi standarnya kisaran 8 sampai 12 bulan. Kurang dari 8 bulan kalo banyak yang bantu atau pake jasa WO sih gapapa, tapi tetep akan ribet cari gedung dan mungkin WO akan charge kita mahal karena kerja mereka juga makin mepet ya. Kalau lebih dari 12 bulan menurut gw terlalu lama persiapannya menuju hari H. Kita kan gak tau apa yang akan terjadi, misal udah cetak undangan dari setahun sebelumnya, ternyata pada bulan ke tiga sebelum hari H terjadi force majour yang membuat kita mengubah tanggal, repot tuh jadinya.

3. Siapa dan berapa banyak yang diundang
Kelihatan sepele, tapi sebenarnya ribet. Karena jumlah akan mempengaruhi dalam pemesanan makanan dan sewa gedung. Kalo mau rencana awal nikahnya cuma ngundang 300 undangan (300 pax), dan sudah sewa gedung dengan kapasitas tersebut, tapi ternyata di perjalanan bengkak jadi 400 atau 500 undangan, bisa berabe. Kapasitas gedung gak sesuai, yang ada kasian tamunya himpit2an penuh sesak.
Siapa yang diundang juga akan menimbulkan pertanyaan perlu gak tempat VIP dan bagaimana pelaksanaannya pas hari H. Selain itu pembagian undangan untuk pihak orang tua dan mempelai juga harus dipikirkan. Mau dibagi sama rata atau bagaimana proporsinya.

4. Pake adat apa
Indonesia dengan berbagai macam suku, bikin kaya budayanya, tapi juga pusing kalo mau pake adat apa pas nikahan. Pake adatnya pihak cewe atau pihak cowo. Kadang orang tua masih keukeuh mempertahankan adat pas resepsi maupun akad, sementara anak gak mau ribet. Nah lagi2 komunikasi dan toleransi jadi jalan keluar yang paling masuk akal. Jangan sampai gagal nikah gara2 ada pihak yang tersinggung karena adatnya gak dipake buat acara nikahan.

Gw rasa itu aja yang perlu diperhatikan untuk para calon pengantin. Dikit banget ya, he3 let's make it simple. Pada saat empat hal tersebut udah nemu sepakatnya gimana, tinggal printilan deh yang dipikirin :)

Comments

Popular posts from this blog

bangun tidur ku terus brosing..:))

My Wedding's vendor review

Selama wabah Corona: ke Taman Safari Indonesia